ISRĀĪLIYYAT DAN PENGARUHNYA DALAM PENAFSIRAN AL-QUR’AN
Kata Kunci:
Isrā’īliyyāt, Al-Qur’an, YahudiAbstrak
Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. secara berangsur selama dua puluh tiga tahun melalui malaikat Jibril. Sebagai kalam Allah SWT. yang menjadi sumber utama ajaran Islam, Al-Qur’an mengandung petunjuk hidup, nilai moral, hukum, serta kisah-kisah umat terdahulu yang tidak dapat dipahami tanpa pendekatan ilmiah yang mendalam. Sejak masa awal Islam, para ulama telah mengembangkan ilmu tafsir untuk menyingkap makna ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat multidimensi. Salah satu metode yang digunakan dalam penafsiran adalah tafsir bi al-riwāyah, khususnya yang memanfaatkan riwayat dari tradisi non-Islam yang dikenal sebagai Isrā’īliyyāt. Riwayat-riwayat ini berasal dari tradisi Yahudi dan Nasrani, terutama yang dibawa oleh tokoh- tokoh seperti Kaab al-Aḥbār dan Wahb ibn Munabbih. Kehadiran Isrā’īliyyāt dalam tafsir bertujuan melengkapi kisah-kisah Al-Qur’an yang tidak dijelaskan secara rinci, namun sumbernya yang berasal dari luar Islam memunculkan polemik di kalangan ulama. Sebagian mufasir menerimanya selama tidak bertentangan dengan prinsip Islam, sebagian menolak, dan sebagian bersikap netral (tawaqquf). Keragaman pandangan tersebut menunjukkan pentingnya kajian kritis terhadap posisi Isrā’īliyyāt dalam tradisi tafsir. Kajian ini menyoroti perlunya penelitian lanjutan yang tidak hanya menilai sanad dan matan, tetapi juga menelusuri perkembangan sikap para mufasir serta pengaruh Isrā’īliyyāt terhadap epistemologi dan dinamika metodologis ilmu tafsir dari masa ke masa




