ANALISA FAKTOR PENGUNGKIT PADA ASPEK DIMENSI SOSIAL BUDAYA DALAM RANGKA PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE YANG BERKELANJUTAN DI DESA ALUH ALUH BESAR KABUPATEN BANJAR
Kata Kunci:
Hutan Mangrove, Keberlanjutan, Faktor Pengungkit, Status Kepemilikan, Alih Fungsi, Desa Aluh Aluh BesarAbstrak
Kabupaten Banjar merupakan Kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan yang tercatat mempunyai kawasan hutan mangrove. Salah satu desa yang memiliki potensi hutan mangrove adalah Desa Aluh aluh Besar Tujuan penelitian ini adalah menganalisa faktor pengungkit dalam rangka keberlanjutan pengelolaan hutan mangrove pada aspek dimensi Sosial Budaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan desain longitudinal karena sifatnya berkelanjutan untuk jangka waktu yang relatif panjang dan mengikuti proses interaktif ragam variabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Faktor Pengungkit yang terbesar adalah Status Kepemilikan dengan nilai 2.04 dan yang terendah adalah Pengetahuan terhadap Lingkungan (0.05). Untuk mengukur sensitifitas dilakukan Analisa leverage dengan menggunakan 10 (sepuluh) atribut. Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan menunjukan “Status Kepemilikan” adalah Faktor Pengungkit terbesar dalam menjaga keberlanjutan hutan mangrove di lokasi penelitian. “Status Kepemilikan” menjadi penting karena dengan didasarkan pada penyebab konversi atau pengalihfungsian lahan akibat dari berpindahnya kepemilikan dari masyarakat ke investor ataupun masyarakat sendiri mengkonversinya ke aktivitas ekonomi lain. Pemilik lahan merasa memiliki hak atas kawasan yang dimilikinya tersebut. Salah satu kebijakan yang penting adalah memastikan kepemilikan lahan yang diatasnya hutan mangrove sebagai “milik pemerintah”. Selain upaya penyadaran Masyarakat akan pentingnya hutan mangrove untuk menunjang kehidupan masayarakat sekitar