Al-Qur’an Dan Relasi Gender (Studi Analisis Kitab Tafsīr Sūrat An-Nūr Karya Abdurrahim Faris Abu ‘Ulbah)
Kata Kunci:
Relasi Gender, Kesetaraan, KetidaksetaraanAbstrak
Penelitian tentang relasi gender dalam Al-Qur’an kebanyakan membahas seputar upaya reinterpretasi dan rekontruksi terhadap metode penafsiran yang dianggap bias gender. Penulis tertarik untuk melakukan pengkajian terhadap karya Abdurrahim Faris Abu 'Ulbah.,Penulis berusaha mencari pembacaan tafsir yang tidak dibumbui kecondongan ide feminisme karena justru melahirkan ketimpangan dan keguncangan struktur masyarakat. Penelitian ini dilakukan untuk mengungkap penafsiran Abu ‘Ulbah terhadap ayat-ayat relasi gender dalam Al-Qur’an, metodologi penafsiran, serta relevansinya terhadap relasi gender di masa kontemporer. Penelitian ini merupakan kajian kepustakaan (Library Reseach). Hasil yang diperoleh, Pertama, Abu ‘Ulbah menjelaskan bahwa AlQur’an menyeru manusia secara umum sebagai objek yang sama. Adanya kekhususan dalam teks tidak bisa dimaknai sebagai ketidaksetaraan. Kedua, dalam penafsirannya Abu ‘Ulbah menggunakan gabungan metode penafsiran bi alMa’tsur dan bi ar-Ra’yi, dengan model penafsiran tahlili dan corak fiqhi-lughawi Relasi gender yang dipaparkan oleh Abu ‘Ulbah mengarahkan fokus perhatian pada hukum yang mengatur relasi gender secara rinci dalam ranah domestik maupun publik. Abu ‘Ulbah menolak tenggelam pada perdebatan tak berujung soal kesetaraan dan ketidaksetaraan, karena itu bukanlah topik utama. Menurutnya, sebab utama lahirnya berbagai ketimpangan dan persoalan seputar relasi gender adalah tidak adanya keterikatan seseorang pada hukum syari’at. Sehingga solusinya harus dengan kembali pada pembacaan yang benar dan utuh pada nash syari’at.