PERSEPSI SANTRIWATI TERHADAP SURAH AL-QOMAR AYAT 17 SEBAGAI MOTIVASI HAFALAN QUR’AN
Kata Kunci:
Persepsi, Santriwati, al-Qomar, Motivasi Hafalan Qur’anAbstrak
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana santriwati memaknai Surah Al-Qamar ayat 17 sebagai motivasi dalam menghafal Al-Qur’an. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif lapangan (field research) dan pendekatan living Qur’an. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara mendalam, dan analisis dokumen. Observasi dilakukan untuk melihat langsung aktivitas santriwati dalam menghafal Al-Qur’an serta bagaimana ayat tersebut diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di pesantren. Hasil penelitian yang penulis dapatkan adalah: pertama, Persepsi santriwati terhadap Surah Al-Qamar ayat 17 berkembang melalui tiga tahap utama: seleksi, interpretasi, dan reaksi. Pada tahap seleksi, santriwati secara sadar memilih ayat ini karena memiliki kandungan emosional dan spiritual yang kuat, serta relevan dengan kondisi psikologis mereka sebagai penghafal. Tahap interpretasi menunjukkan bahwa setiap santriwati memberi makna personal terhadap ayat ini, seperti sebagai janji kemudahan dari Allah, sumber semangat saat lelah, pengingat dimensi spiritual hafalan, dan simbol kebersamaan dalam halaqah. Pada tahap reaksi, ayat ini mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik (seperti keikhlasan dan cinta kepada Al-Qur’an) dan motivasi ekstrinsik (dukungan dari ustadzah, teman, dan lingkungan pesantren), serta membangun rasa percaya diri dan solidaritas spiritual. Dengan demikian, Surah Al- Qamar ayat 17 tidak hanya dipahami secara tekstual, tetapi juga dihidupkan secara kontekstual sebagai bagian dari praktik living Qur’an dalam keseharian santriwati. Kedua, Surah Al-Qamar ayat 17 menjadi sumber motivasi yang kuat bagi santriwati dalam menghafal Al-Qur’an. Ayat ini memberikan dorongan semangat melalui pesan bahwa Al-Qur’an itu mudah diingat, sehingga menumbuhkan keyakinan dan optimisme dalam diri santriwati. Motivasi yang muncul bersifat intrinsik, seperti rasa cinta kepada Al-Qur’an, keinginan untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan kepuasan batin saat berhasil menghafal. Selain itu, juga terdapat motivasi ekstrinsik berupa dorongan dari lingkungan pesantren, dukungan ustadzah, serta penghargaan dari keluarga dan masyarakat. Ayat ini dihayati secara mendalam dan diterapkan dalam tradisi keseharian di pesantren, sehingga memperkuat semangat hafalan para santriwati




