DAMPAK PERCERAIAN ORANG TUA TERHADAP KESEHATAN MENTAL ANAK
Kata Kunci:
Perceraian, Kesehatan Mental, Remaja, Emosi, Dukungan SocialAbstrak
Di Indonesia, meningkatnya angka perceraian orang tua telah menimbulkan masalah besar bagi anak-anak, khususnya dalam ranah psikologis. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki bagaimana perceraian memengaruhi kesehatan mental anak-anak dan remaja. Penelitian ini menggunakan metodologi kuantitatif dan survei daring yang disebarluaskan menggunakan Google Form. Remaja berusia antara 17 dan 22 tahun yang pernah mengalami perceraian orang tua menjadi partisipan penelitian. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan kriteria tertentu. Kecemasan, kesepian, kesulitan tidur, rasa bersalah, perubahan emosi, dan dukungan sosial merupakan beberapa penanda umum kesehatan mental yang disusun dalam kuesioner tertutup dengan jawaban ya/tidak. Menurut penelitian tersebut, 93,3% responden survei setuju bahwa perceraian orang tua berdampak psikologis. 63,3% melaporkan kesulitan tidur, 73,3% melaporkan merasa kesepian atau diabaikan secara emosional, dan 60% melaporkan kekhawatiran yang ekstrem. Lebih jauh, 73,3% mengalami perubahan tiba-tiba dalam perasaan seperti kesedihan, kekecewaan, atau kemarahan. Persentase responden yang merasa menyesal tentang perceraian tersebut hanya 33,3%. Dukungan sosial sangat penting untuk adaptasi psikologis, sebagaimana dibuktikan oleh fakta bahwa 66,7% responden memiliki seseorang yang dapat mereka percayai. Menurut penelitian, perceraian orang tua memiliki dampak nyata pada keseimbangan mental dan emosional anak-anak selain mengubah struktur keluarga. Oleh karena itu, untuk memberikan dukungan emosional, intervensi dini, dan tempat yang aman bagi anak-anak untuk tumbuh dan pulih dari luka emosional yang disebabkan oleh perceraian, orang tua, guru, konselor, dan lingkungan sosial semuanya harus berperan aktif.