THE PHILOSOPHY OF LACK IN EMILY DICKINSON'S METAPHORS: DEFINING HOPE AND SUCCESS THROUGH ABSENCE
Kata Kunci:
Puisi Emily Dickinson, Metafora, Harapan, Kesuksesan, Teori Metafora Kognitif, Filosofi Kekurangan, Analisis TekstualAbstrak
Puisi Emily Dickinson terkenal dengan gayanya yang tidak konvensional dan kemampuannya untuk mengartikulasikan emosi manusia yang abstrak melalui metafora yang tepat dan kuat. Artikel ini menyelidiki bagaimana Dickinson menggunakan metafora untuk membangun definisi yang kompleks untuk dua konsep dasar: harapan dan kesuksesan. Melalui analisis tekstual yang mendetail terhadap dua puisi penting, “‘Harapan’ adalah dengan bulu” dan ‘Kesuksesan adalah yang paling manis,’ dan didukung oleh prinsip-prinsip teori metafora kognitif, penelitian ini mengkaji mekanisme yang mendasari logika puitisnya. Analisis ini menunjukkan argumen yang koheren dan argumen yang meyakinkan yang meliputi kedua puisi tersebut: pernyataan bahwa pemahaman yang paling otentik tentang cita-cita abstrak tidak dapat diakses oleh mereka yang memiliki, melainkan diberikan kepada mereka yang bergulat dengan ketiadaannya. Harapan dicirikan oleh ketahanannya dalam kesulitan, sementara kesuksesan yang paling jelas dirasakan oleh mereka yang telah dikalahkan. Makalah ini berpendapat bahwa Karya Dickinson berkembang menjadi sebuah “filosofi kekurangan,” sebuah sudut pandang di mana kekurangan dan kerinduan berfungsi sebagai lensa yang menjelaskan persepsi. Pada intinya, pendekatan metaforis Dickinson tidak hanya menggambarkan emosi tetapi juga menginterogasi prinsip-prinsip nilai dan pengetahuan yang sudah mapan, sehingga memperkuat reputasinya sebagai psikolog yang sangat berwawasan jiwa manusia